Wanita-Muslimah Yahoogroups.com

RSS to JavaScript

Mbak Rita

Ardi Cahyono

Idiosyncracy

Mas Arcon

Opotumon

Map IP Address
Powered by

Selamat datang, sugeng rawuh ..

Apapun tujuan Anda membuka Blog ini, saya tetap selalu mendoakan semoga hari-hari Anda selalu indah, semoga bahagia selalu menyertai, dan yang penting semoga mbesuk-nya husnul khatimah dan masuk surga, terserah mau surga versi yang mana :-) ..

Catatan: Tidak terima kritik, karena kritik itu artinya "keri tur setitik"

 

Custom Search

Thursday, April 9, 2009

PKS dan Golput

Fenomena PKS sebenarnya sih mirip-mirip dengan fenomena Golput, berangkat dari kekecewaan terhadap politisi partai-partai nasionalis-sekuler, terutama yang besar-besar.

PKS yang berhasil mencitrakan dirinya sebagai partai “bersih” (mencitrakan lho ya, beneran atau ga, ga tahu .. tanyakan pada rumput yang bergoyang :) ), serasa menemukan momentumnya terutama di 2004 lalu. Sayang, mereka cepat besar kepala dan tidak sabaran. Coba kalau mereka lebih bersabar dan tidak (menunda) menampakkan watak asli mereka (baca: agenda syariatisasi) selama periode 2004 sampai sekarang, kemungkinan besar PKS mendapat kenaikan suara yang signifikan pada pemilu ini, karena jumlah orang yang kecewa sampai dengan apatis terhadap pemilu jumlahnya tidak berkurang.

PKS sebenarnya cukup peka menangkap sinyalemen seperti itu, terbukti mereka sangat getol menyerukan agar tidak golput, sampai-sampai HNW merasa perlu minta MUI mengeluarkan fatwa tentang Golput.

Sayang sekali, meski fatwa sudah dikeluarkan, ternyata tidak cukup didengar, apalagi diikuti. Padahal, PKS sudah telanjur GR, bahwa mereka bakal dapat limpahan suara orang-orang yang kecewa terhadap partai-partai nasionalis-sekuler.

Kemudian .. terlepas dari positif-negatif nya, fenomena PKS dan Golput mestinya bisa jadi kritik pedas terhadap partai-partai nasionalis-sekuler. Khusus PKS, sejelek-jeleknya (kalo dianggap jelek lho ya), masih tetap lebih baik ketimbang HTI yang sibuk jualan mimpi khilafah dan menolak sistem, atau kelompok yang memilih jalan teror dan kekerasan.

Kalau dalam 5 tahun ke depan ada perbaikan perilaku dan kinerja partai-partai nasionalis sekuler, saya yakin suara PKS (juga golput) bakal menyusut dengan sendirinya.

Pemilu kali ini, sudah sangat jelas mengindikasikan bahwa mayoritas rakyat Indonesia masih cukup waras untuk tidak menjadikan agama (baca: tafsir agama tertentu) sebagai landasan ideologi membangun bangsa dan negara ke depan. Bola sekarang berada di partai-partai nasionalis-sekuler, tinggal bagaimana mereka memainkannya.

Selengkapnya ...