Singkat cerita, sang anak menabrak ember yang ditaruh sang bapak di depan pintu. Tabrakan -yang pasti lolos dari campur tangan polantas- itu menimbulkan suara grobyakan (gaduh) di sekitar rumah, menghasilkan wajah sang anak yang bonyok karena terjerembab, ditambah barang-barang berantakan terkena efek domino. Sang bapak sambil melotot, berkacak pinggang serta mengabaikan sang anak yang meringis kesakitan, mengeluarkan kata-kata saktinya.
"Matamu neng ngendi, Ember njenggelek neng ngarep lawang kok ditunjang ?!" (matamu dimana, ember jelas-jelas di depan pintu kok ditabrak)
Beberapa hari kemudian cerita berulang. Namun kali ini terbalik. Sang anak yang menaruh ember dan sang bapak yang jadi pelaku tabrakan. Ajaibnya, sang bapaklah yang kembali mengeluarkan kata-kata sakti.
"Kurang ajar. Ndokok ember sak karepe dhewe. Uteke neng ngendi ?!" (kurang ajar. naruh ember seenaknya. otaknya di mana)
Hikmah dalam humor (kalau mau disebut begitu) tersebut saya dapat dari bapak. Saya tidak tahu dari mana bapak dapat cerita seperti itu. Tapi itu tidak penting. Yang penting cerita itu masih saya ingat sampai sekarang, karena isinya yang relevan di banyak tempat dan waktu. Apalagi di saat seperti ini, saat saya lebih sering menyaksikan akal dikalahkan okol (kekuatan). Saat "apa" dan "bagaimana" kalah oleh "siapa". Saat saya menyaksikan bermunculannya
fundamentalis-fundamentalis baru, "ngAmrikisme fundamentalis".
Selamat datang, sugeng rawuh ..
Apapun tujuan Anda membuka Blog ini, saya tetap selalu mendoakan semoga hari-hari Anda selalu indah, semoga bahagia selalu menyertai, dan yang penting semoga mbesuk-nya husnul khatimah dan masuk surga, terserah mau surga versi yang mana :-) ..
Catatan: Tidak terima kritik, karena kritik itu artinya "keri tur setitik" 
Custom Search
Wednesday, June 18, 2008
Rengeng-rengeng 11
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment