Dulu ada yang protes keras waktu saya lontarkan pendapat bahwa Allah itu maha lucu. Seperti biasa, protes itu disertai kutipan ayat tentang asma'ul husna serta larangan menyebut Allah dengan sebutan di luar asma'ul husna yang 99 itu. Masih satu rangkaian dengan protes tersebut, sahabat satu itu "menantang" saya mengurai tafsir tentang ayat yang dia kutip, sembari ngasih rambu-rambu : "jangan hanya berdasar akal thok !"
Waktu itu saya memang belum sempat menjawab "tantangan" sahabat tadi. Di samping karena -ketika itu- saya lebih memilih topik lain yang lebih saya prioritaskan, juga karena saya perkirakan ngobrol soal Tuhan yang maha lucu itu bakalan panjang dan menyita waktu, disebabkan paradigma berpikir yang memang sudah beda duluan. Bisa jadi menurut paradigma berpikir sang sahabat tersebut, saya sedang berseteru dengan Tuhan.
Hari-hari belakangan di milis evolusi@ , di mana saya hanya jadi peserta pasif, saya kembali melihat Tuhan berseteru. Kali ini Tuhan diwakili oleh Dr. Taufikurrahman sang pembela Harun-Yahya-isme melawan scientis-scientis (?) pro evolusi. Semula saya berharap melihat perdebatan ilmiah dan argumentatif sesuai bidang keilmuan masing-masing. Ternyata tidak. Saya lebih banyak menemui Tuhan yang sedang bersitegang, seperti bisa dilihat di banyak tempat dan di berbagai macam topik bahasan.
Masih di hari-hari belakangan, saya sempat membaca satu pernyataan yang menggelitik : "Quran adalah tesis Tuhan yang tidak pernah dipertanggung jawabkan." Saya senyam-senyum sembari was-was membacanya. Senyam-senyum karena memang begitulah kenyataannya, yang kemudian berhasil dituangkan dalam satu kalimat pendek nan menggelitik. Namun juga was-was, karena bisa saja rekan yang menulis tadi dituduh nantang Tuhan atawa melecehkan Al-Quran Al-Karim. Alhamdulillah, hal itu tidak terjadi, setidaknya sampai sekarang ini.
Saat ini, sambil mengetik tulisan ini, saya mikir-mikir .. apa mungkin dulu Tuhan keliru mendesign akal manusia, sehingga suatu hasil olah pikir yang panjang dan memenuhi syarat validitas sampai tingkat tertentu mesti rela dianulir atawa dinyatakan 'false' hanya karena bertentangan dengan "kata Tuhan" ? Weleh .. seperti cerita pertentangan ilmuwan dengan gereja di abad "kegelapan". Untungnya, dikit-dikit saya ngerti soal relativitas (meski belum pernah belajar secara formal). Untungnya, dikit-dikit saya tahu beda antara "tataran ideal" dengan "tataran realitas", sehingga saya bisa ngerti bahwa pertentangan yang terjadi antara saya (dan orang-orang lain) dengan Tuhan, hanyalah sekedar pertentangan saya dengan Tuhan di "tataran realitas". Alias pertentangan saya dengan Tuhan dalam benak dan persepsi orang, dan bukan Tuhan Yang Maha Tak Terjangkau itu sendiri.
Dan begitulah Tuhan Yang Ndagel itu. Kita-kita, para manusia ini, dibiarkan (dan disuruh ?) bersitegang segala macem urat setiap saat, sementara Dia sendiri hanya ongkang-ongkang. Mungkin sambil ngisep cerutu dan main gaple, entah di mana dan dengan siapa. Jika "kelakuan" Tuhan itu saya sikapi saja secara santai dan sesekali ndagel, salahkan saya ? Bukankah Tuhan sendiri yang "mengajarkan" begitu ? Jadi, mari kita -sesekali- santai dan ndagel bersama .. Tuhan ..
Batam, 23 Sep 2003
Selamat datang, sugeng rawuh ..
Apapun tujuan Anda membuka Blog ini, saya tetap selalu mendoakan semoga hari-hari Anda selalu indah, semoga bahagia selalu menyertai, dan yang penting semoga mbesuk-nya husnul khatimah dan masuk surga, terserah mau surga versi yang mana :-) ..
Catatan: Tidak terima kritik, karena kritik itu artinya "keri tur setitik" 
Custom Search
Wednesday, June 18, 2008
Rengeng-Rengeng : Ndagel Bersama Tuhan ..
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment