Wanita-Muslimah Yahoogroups.com

RSS to JavaScript

Mbak Rita

Ardi Cahyono

Idiosyncracy

Mas Arcon

Opotumon

Map IP Address
Powered by

Selamat datang, sugeng rawuh ..

Apapun tujuan Anda membuka Blog ini, saya tetap selalu mendoakan semoga hari-hari Anda selalu indah, semoga bahagia selalu menyertai, dan yang penting semoga mbesuk-nya husnul khatimah dan masuk surga, terserah mau surga versi yang mana :-) ..

Catatan: Tidak terima kritik, karena kritik itu artinya "keri tur setitik"

 

Custom Search

Wednesday, June 18, 2008

Rengeng-Rengeng: Idul Fitri, Superman dan Power Rangers

Beberapa tahun lalu dengan sangat bersemangat saya membawa pulang VCD Superman. Untuk apa? Tentu untuk menyenangkan anak saya yang memang menggemari tontonan heroik. Tapi tak berapa lama saya lemas ketika anak saya tidak sedikitpun menunjukkan sikap antusias saat VCD mulai diputar. Anak saya hanya betah nonton beberapa menit untuk kemudian ngeloyor main lagi.

Tentu saja respons "negatif" anak saya itu menimbulkan rasa penasaran. Akhirnya saya kejar anak saya dengan beberapa pertanyaan sepulang main tentang ketidak-tertarikannya terhadap VCD Superman.

"Nggak masuk akal," begitu alasannya singkat. Walah, anak 5 tahunan (waktu itu) sudah bisa bilang "nggak masuk akal". Terus saya kejar lagi, "Emangnya Power Rangers (tontonan favorit-nya) itu masuk akal?"

"Ya masuk akallah, kan berubah dulu, terus berubah lagi jadi robot .. " kurang lebih begitu "argumennya" tentang masuk akal.

"Argumen" anak saya memang belum bisa disebut argumen, karena justru aneh jika anak 5 tahunan bisa memaparkan argumentasi secara runut dan terperinci. Tapi, dari "argumen" singkat itu setidaknya saya sudah bisa meraba dan mengerti seperti apa kurang lebihnya "bangunan" benak anak saya.

Oke .. memang saya belum berani menyimpulkan bahwa anak saya bisa merepresentasikan anak-anak Indonesia yang seusia pada umumnya. Namun jujur, waktu itu saya merasa tidak sedang berhadapan dengan seorang anak saya saja, melainkan seperti berhadapan dengan "bayangan" jutaan anak-anak. Jutaan anak-anak yang "bangunan" imajinasinya sudah berbeda
dengan masa kanak-kanak saya.

Dari substansinya tidak ada yang berbeda jauh antara Superman dan Power Rangers. Ada penyerang dan pembela bumi, ada si penghancur dan sang penyelamat, ada si jahat dan si baik, ada pesakitan dan pahlawan. Namun toh tokoh-tokoh -yang merupakan simbol- serta bagaimana si tokoh itu sudah mengalami perubahan dan -dengan sendirinya- perbedaan.

Imajinasi masa kanak-kanak saya sudah cukup terpuaskan dengan asal-usul Superman yang dari planet antah-berantah, mengalami kehancuran, terus dikirimkan ke bumi dengan membawa kekuatan super-nya yang sudah merupakan bawaan orok atau warisan dari nenek moyangnya. Sedang imajinasi kanak-kanak anak saya lebih bisa terpuaskan dengan adanya proses-proses bagaimana kekuatan itu terbangun. Imajinasi kanak-kanak saya cukup terpuaskan dengan sesuatu yang -seperti- "mak bleg" turun dari langit sudah jadi, sedang imajinasi kanak-kanak anak saya tidak.

Peristiwa keseharian yang saya alami dengan anak saya itu memang bukan satu-satunya, tapi tetap merupakan salah satu yang cukup berpengaruh, yang membuat saya tidak pernah berhenti berpikir tentang pendidikan alternatif bagi anak-anak, khususnya pendidikan agama (sayang, karena keterbatasan saya, sampai sekarang saya belum bisa merumuskan pendidikan
alternatif tersebut, dan tetap saja -sampai sekarang- hanya berupa kerangka besar dan kasar).

Dulu ketika masih kanak-kanak mendengar dongeng dari guru agama tentang keajaiban-keajaiban, bisa mendatangkan kekaguman yang luar biasa. Kisah Nabi yang terbang menunggang bouraq (semacam kuda terbang) sudah cukup menimbulkan kekaguman luar biasa. Begitupun kisah Adam yang "mak bleg" turun dari surga ke dunia, di susul penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam, maupun kisah-kisah lain. "Allah Maha Kuasa", "Allah Maha Berkehendak", "Kun Fayakun", dan seterusnya cukup untuk memuaskan pertanyaan masa kanak-kanak saya. Apakah kisah dan cara penyampaian yang sama bisa juga memuaskan anak-anak sekarang? Saya tidak tahu persis, tapi -jujur saja- saya pesimis.

Kebetulan selama bulan Ramadhan kemarin ada salah satu stasiun televisi yang tiap hari memutar sinema tentang keajaiban-keajaiban yang -katanya- merupakan kisah nyata. Well, saya tidak ingin meributkan tayangan seperti itu, saya hanya ingin bilang bahwa tiap kali nonton tayangan tersebut saya seperti ber-nostalgia dengan masa kanak-kanak. Masa-masa ketika gampang terpukau dengan hal-hal yang ajaib.

Kini, Ramadlan telah berlalu dan Idul Fitri telah dirayakan di mana-mana. Tentu tiap orang bisa berbeda-beda bagaimana menyambut dan memaknai Idul Fitri. Secara pribadi, saya memaknai Idul Fitri sebagai momen untuk melihat dan berkaca pada sisi kemanusiaan paling mendasar
pada setiap diri. Idul Fitri, kembali kepada "fitrah", "asal mula kejadian", yang merupakan dasar ataupun -semacam- "starting point" bagi tiap manusia dalam melangkah menapaki hidup selanjutnya. Seberapa baik langkah seseorang di kemudian hari, tergantung sejauh mana "fitrah"-nya tercerahkan, sehingga terus-menerus bisa jadi tempat "berkaca" dan sebagai penuntun langkah-langkah di masa mendatang. "Fitrah" itulah diri kita yang sejati, yang ternyata juga selalu berubah, ber-evolusi.

Selamat Hari Raya Idul Fitri
Minal Aidin Wal Faidzin
Taqaballahu minnaa wa minkum
Mohon Maaf Lahir dan Batin

17 November 2004

No comments: