Wanita-Muslimah Yahoogroups.com

RSS to JavaScript

Mbak Rita

Ardi Cahyono

Idiosyncracy

Mas Arcon

Opotumon

Map IP Address
Powered by

Selamat datang, sugeng rawuh ..

Apapun tujuan Anda membuka Blog ini, saya tetap selalu mendoakan semoga hari-hari Anda selalu indah, semoga bahagia selalu menyertai, dan yang penting semoga mbesuk-nya husnul khatimah dan masuk surga, terserah mau surga versi yang mana :-) ..

Catatan: Tidak terima kritik, karena kritik itu artinya "keri tur setitik"

 

Custom Search

Wednesday, June 18, 2008

Rengeng-rengeng 3

Sebenarnya saya sudah bosan terus-terusan ngomong soal tuhan-agama-tuhan-agama-tuhan-agama, seolah-olah nggak ada soal lain yang lebih penting dan mendesak ketimbang tuhan-agama. Tapi kenyataannya saya belum sepenuhnya bisa mengelak, karena dua hal. Pertama, agar nyambung dengan "rengeng-rengeng" saya kemarin yang masih seputar tuhan-agama. Kedua, bangsa Indonesia -katanya- termasuk bangsa yang keranjingan sama tuhan-agama (kata pak guru sih .. bangsa yang relijius ..). Jadi, paling banter yang bisa saya lakukan adalah membuat omongan tentang tuhan-agama nggak lagi membosankan, setidaknya buat saya sendiri.

Biar terasa santai, saya mulai saja dengan cerita. Lebih sepuluh tahun yang lalu, saya pernah ditanya sahabat saya. Singkatnya, sahabat saya itu kenal dengan seseorang yang sangat baik dari segi sosial. Dia sangat ringan tangan membantu orang lain yang mengalami kesulitan, meskipun terhadap orang yang belum begitu dikenal baik, termasuk sahabat saya itu salah satunya. Namun orang itu juga dikenal suka mabuk, jajan ke lokalisasi dan tidak pernah sholat, tapi puasa kalau bulan ramadhan. Sahabat saya nanya, "Orang itu orang baik atau jahat ? Dia
bakalan masuk sorga atau neraka ?"

Waktu itu pertanyaan tersebut tidak saya jawab, karena memang saya belum bisa menjawab. Sampai beberapa tahun kemudian saat kami ketemu lagi, (saya agak terkejut sebenarnya) dia ulangi lagi pertanyaannya. Akhirnya saya jawab, "Dia orang baik."

Semula saya kira persoalan selesai dengan jawaban saya itu, ternyata belum. Sahabat saya masih ngejar lagi,"Kalau orang baik mestinya masuk sorga dong. Padahal orang yang suka berzina, mabuk-mabukan dan tidak pernah sholat itu bakalan masuk neraka. Masak orang baik masuk neraka, yang bener aja kamu .." Begitu ulah sahabat saya. Setelah agak lama terdiam, saya baru bisa berkomentar lagi, "Dia orang baik. Aku tetap berpendapat dia orang baik. Soal dia mau masuk sorga atau neraka, itu bukan urusanku."

Si sahabat ini tidak lagi mempersoalkan isi jawaban saya, tapi dia meragukan kesungguhan saya. Beberapa kali dia nanya apakah saya sungguh-sungguh dengan jawaban itu, dan beberapa kali pula saya harus meyakinkan bahwa itulah jawaban yang sesungguhnya. Sebenarnya tidaklah sulit menemukan jawaban seperti itu, karena sesungguhnya pertanyaan yang sama terhadap kasus yang kurang lebih sama juga ada di benak saya selama bertahun-tahun. Jika di kesempatan pertama saya belum bisa memberi jawaban, semata-mata karena saya hanya perlu memantapkan diri dan bukan mencari jawabannya.

Di tengah-tengah masyarakat yang keranjingan terhadap agama, nyaris segala sesuatu diukur berdasarkan agama. Konyolnya, agama - yang selalu gatal mengukur segala sesuatu ini - keberatan kalau dirinya dibedah atau dikoreksi. Koreksi terhadap agama sama dengan koreksi terhadap Tuhan. Mengoreksi agama artinya melawan Tuhan, begitu kurang lebih aturan yang berlaku. Dan sungguh, tuhan dan agama seperti itulah yang membuat saya bosan. Bukan saja bosan mengomongkannya, tapi bosan terhadap tuhan dan agama itu sendiri. Bagaimana dengan Anda ?

(ntar disambung lagi kalau ada waktu luang :-))

Batam, 18 Mar 2003

No comments: