Wanita-Muslimah Yahoogroups.com

RSS to JavaScript

Mbak Rita

Ardi Cahyono

Idiosyncracy

Mas Arcon

Opotumon

Map IP Address
Powered by

Selamat datang, sugeng rawuh ..

Apapun tujuan Anda membuka Blog ini, saya tetap selalu mendoakan semoga hari-hari Anda selalu indah, semoga bahagia selalu menyertai, dan yang penting semoga mbesuk-nya husnul khatimah dan masuk surga, terserah mau surga versi yang mana :-) ..

Catatan: Tidak terima kritik, karena kritik itu artinya "keri tur setitik"

 

Custom Search

Wednesday, June 18, 2008

Rengeng-rengeng 8

Ada fenomena menarik dari aksi yang digelar KISRA kemarin. Hidayat Nur Wahid, Presiden PK yang juga koordinator aksi tersebut tidak lagi mengedepankan isyu-isyu agama dalam menggelar aksinya. Saya bilang menarik, karena untuk ukuran PK itu sudah lompatan yang lumayan berarti, dari terus-terusan mengedepankan agama, berganti dengan mengedepankan kemanusiaan.

Dalam suatu diskusi yang saya ikuti tentang partai yang merupakan hasil metaformosis dari Jama'ah Tarbiyah ini, mencuat satu pemikiran yang lumayan menarik. (Singkatnya) Kita beri kesempatan PK yang masih muda ini menemukan jadi dirinya, jati diri yang lebih ngindo dan tidak terkungkung dalam Ikhwanisme yang merupakan basic ideologi mereka. (Secara resmi memang tidak ada keterkaitan PK dengan IM, namun wacana-wacana yang diusung tidak bisa dipungkiri, berkiblat ke IM). Saat itu juga saya lontarkan pandangan saya, bahwa sambil memberi ruang PK buat berproses, kita juga bisa memerankan diri sebagai sparring partner. Dan sebagaimana layaknya sparring partner, kita perlu terus menerus melontarkan 'jab-jab', yang kadang diselingi 'hook' dan 'upper-cut'. Saya, secara pribadi juga sayang, kalau PK yang gerakannya terkoordinasi lumayan bagus dan punya basis massa yang punya semangat ketulusan tinggi ini lenyap begitu saja dalam kancah pemikiran agama di Indonesia.

Posisi PK sendiri memang tanggung. Di antara sesama gerakan yang berbasis pada gerakan salafiyah, PK terus jadi bulan-bulanan gerakan sejenis seperti Hizbut Tahrir dan Salafy. Namun di sisi lain, mereka juga terlalu puritan untuk ukuran partai atau gerakan yang terbuka dan modern. Dalam posisi itu, mau tidak mau akan terjadi tarik-menarik dalam tubuh PK sendiri, mau bergerak surut kembali ke Ikhwanisme-nya, atau bergerak maju menjadi lebih modern dan terbuka.

Aksi yang di arsiteki Hidayat Nur Wahid ini, mudah-mudahan jadi pertanda bahwa PK sedang bergerak maju, dan bukannya surut. PK mau tidak mau harus melihat kenyataan, bahwa wacana-wacana mereka makin sulit dipertahankan dalam kancah 'perang wacana'. PK harus cukup bisa berbesar hati bahwa Ikhwanisme mereka kian hari kian terdesak di tengah komunitas yang bisa dan berani berpikir mandiri. PK juga tidak bisa selamanya meneteki dan melindungi pengikutnya, karena hati dan akal itu memang tidak bisa dibendung oleh apapun, kecuali jika PK memang mau pengikutnya hanya jadi robot yang gampang digerakkan.

Jika perkiraan saya itu benar, saya pengin mengucapkan pada PK : "Selamat datang di dunia yang lebih penting mengurus manusia ketimbang mengurus Tuhan." Tuhan sudah bisa mengurus diri-Nya sendiri, dan kita tidak perlu menurunkan derajat-Nya dengan berlagak perlu dan sanggup mengurus-Nya.

31 Maret 2003

No comments: