Wanita-Muslimah Yahoogroups.com

RSS to JavaScript

Mbak Rita

Ardi Cahyono

Idiosyncracy

Mas Arcon

Opotumon

Map IP Address
Powered by

Selamat datang, sugeng rawuh ..

Apapun tujuan Anda membuka Blog ini, saya tetap selalu mendoakan semoga hari-hari Anda selalu indah, semoga bahagia selalu menyertai, dan yang penting semoga mbesuk-nya husnul khatimah dan masuk surga, terserah mau surga versi yang mana :-) ..

Catatan: Tidak terima kritik, karena kritik itu artinya "keri tur setitik"

 

Custom Search

Wednesday, June 18, 2008

Rengeng-Rengeng : The Battle Of Islamies

Pertama, jangan nyari istilah itu dalam kamus atau primbon manapun. Dijamin nggak akan ketemu. Istilah itu hanya rekaan saya saja yang diilhami dari istilah 'the battle of sexes', meski -mungkin- dengan pengertian dan arah yang berbeda.

Waktu membaca pamflet yang ada kalimatnya (kurang lebih) "Membentuk Karakter Muslim Sejati", watak iseng saya kumat. Saya langsung nyeletuk, "Ah, saya mau membentuk karakter muslim gadungan saja." Celetukan itu adalah ekspresi dari kejengkelan dan rasa eneg saya yang keseringan ketemu kalimat sejenis atau kata-kata yang selalu diembel-embeli 'Islami' dan konco-konconya. Namun toh saya juga merasa perlu menetralisir kejengkelan dan rasa eneg itu dengan guyonan (meskipun isinya serius) macam,"Kalau aku bilang muslim sejati, ntar yang lain
jadi nggak sejati. Kalau aku ngomong diriku 'Islami', ntar yang beda sama aku jadi 'kafiri' .."

Awalnya, sebenarnya saya malas meributkan soal-soal seperti itu lebih jauh. Saya lebih memilih sikap nyantai-nyantai saja. "Kalau sorga itu dianggep milikmu .. ya pek-en kabeh. Aku nggak butuh sorga. Kalau sorga itu sudah dikapling-kapling .. ya sumonggo .. nggak dapet kapling sorga juga nggak pathek-en. Allah itu sudah lebih dari cukup." (he..he.. lha kok malah nyufi). Dan memang sah-sah saja kok setiap orang berburu sorga ngikut jalan sesuai keyakinan masing-masing. Saya sih enjoy-enjoy saja hidup di tengah-tengah pluralitas.

Lha lantas .. kenapa saya sampai perlu menyebut-nyebut 'the battle of Islamies'? Pertama, ini untuk menegasikan ungkapan populer yang seolah-olah merupakan sikap defensif, namun nyinyir dan manipulatif seperti "Menyerang saudara-saudaranya sesama muslim yang ingin mengamalkan syariat Islam sebaik-baiknya." Atau yang lebih jauh lagi mengesankan seolah-olah terjadi serangan terhadap Islam oleh non Islam dibantu oleh orang-orang Islam sendiri yang sudah 'menghamba' pada kaum non Islam. Walah ..

Kedua, tentu saja untuk menyatakan bahwa yang Islami itu bukan sampeyan thok. Bahwa Islam itu bukan bikinan Embah sampeyan yang bisa dikangkangi seenak udel sampeyan. Jika ada orang yang merasa berhak mengkampanyekan suatu versi Islam (yang dianggap -mutlak- benar), sembari menyalah-nyalahkan, bahkan -kadang- sampai melabeli kafir, munafik atau fasik, maka di pihak lain juga ada orang yang sah mempromosikan versi Islamnya sendiri, yang juga diyakininya benar, serta melontarkan kritik terhadap versi Islam yang lain. Itu sudah jadi
konsekuensi logis yang harus diterima, karena toh kita tidak sedang ngomong di kolong tempat tidur atau di tengah hutan rimba belantara yang tidak ada penghuni manusia lain. Biarkanlah tiap orang melontarkan pendapat dan pemikirannya secara bebas dan fair. Toh kebebasan itu selalu diiringi konsekuensi. Selanjutnya biarkan pula tiap orang Islam bebas mengakses berbagai macam informasi dan pemikiran, untuk selanjutnya bebas pula memilih versi Islamnya
masing-masing.

Lho .. kenapa mesti makai istilah 'battle' ? Pertama, marilah sama-sama melihat kenyataan, bahwa saat ini ada dua (atau lebih) arus pemikiran/gerakan Islam yang berposisi berhadap-hadapan. Kedua, itu cuman istilah yang kalau keberatan boleh pakai istilah lain yang dianggap lebih halus dan pas. Terserah sampeyan saja.

Terus .. bukankah bertengkar itu jelek, lha ini malah bertempur? Betul memang bahwa bertengkar itu jelek. Namun saya percaya bahwa bahasa itu harus dipahami lengkap dengan konteksnya, dan tidak bisa dipahami secara hitam putih serta terlepas dari konteksnya begitu saja. Bahwa jika 'jelek' itu berlaku di suatu kondisi, tidak lantas berarti dia berlaku di segala macam kondisi. Bisa saja dalam kondisi tertentu bertengkar itu malah bagus. Samar-samar saya masih ingat tafsir metaforis-nya Emha tentang ayat 'pertemuan dua arus samudra'. Atau bertemunya dua arus listrik, positif dan negatif, yang kalau diwadahi dalam bohlam secara benar justru akan menghasilkan cahaya.

Wis lah .. nanti malah jadi ngalor-ngidul nggak karuan. Saya tutup saja dengan pertanyaan, "Are ready for the battle of Islamies ?"

Batam 24/10/2003 01:40 am

No comments: