Wanita-Muslimah Yahoogroups.com

RSS to JavaScript

Mbak Rita

Ardi Cahyono

Idiosyncracy

Mas Arcon

Opotumon

Map IP Address
Powered by

Selamat datang, sugeng rawuh ..

Apapun tujuan Anda membuka Blog ini, saya tetap selalu mendoakan semoga hari-hari Anda selalu indah, semoga bahagia selalu menyertai, dan yang penting semoga mbesuk-nya husnul khatimah dan masuk surga, terserah mau surga versi yang mana :-) ..

Catatan: Tidak terima kritik, karena kritik itu artinya "keri tur setitik"

 

Custom Search

Monday, September 1, 2008

Paijo : Imajinasi

Bukannya takut dengan hujan jika Paijo memilih berteduh di emperan toko sampai saat menjelang buka puasa. Tubuh manusia di desain untuk tahan terhadap air hujan, begitu yang diyakini Paijo. Rasa takut serta tidak biasa terkena air hujanlah yang menyebabkan seseorang masuk angin kalau kehujanan. Sedang bagi Paijo yang sejak kecil menjadikan hujan sebagai saat bermain, tentu ketidak takutan dan daya tahan sudah terbentuk dengan sendirinya. Paijo juga tidak khawatir motor bututnya ngadat jika lewat di genangan air, yang seolah sudah jadi bagian tak terpisahkan dari jalan, kota dan hujan, karena si butut telah dikerjai melalui proses kreativitas yang njlimet dan mengagumkan oleh bengkel langganannya.

Paijo sengaja memilih tempat berteduh agak ke pinggir, terpisah dari orang-orang lain yang memilih ngobrol sesama peteduh. Tidak begitu jelas apa-apa yang diobrolkan, karena suara tiap kelompok obrolan saling kemriyek dan tumpang tindih tidak karuan. Belum lagi di tambah suara hujan yang cukup deras. Paijo memilih menyendiri tentu bukan karena tidak mau berbaur dan ngobrol dengan yang lain, tapi memang Paijo sedang ingin menyendiri memanfaatkan momen yang tidak setiap hari di dapat. Saat bisa menyendiri seperti itu adalah saat yang sangat
berharga bagi si sableng. Itu saat yang sangat tepat untuk melepaskan imajinasi mengikuti objek apa saja yang bisa diikuti.

Paijo bukan seorang pakar bahasa, jadi dia tidak tahu persis apakah imajinasi itu sinonim dengan fantasi atau sekedar ada persamaan di satu sisi dan berbeda di sisi lain. Paijo juga tidak tahu persis yang tepat menurut tata bahasa, kapan harus pakai kata fantasi dan kapan digunakan kata imajinasi. Tapi Paijo coba meletakkan imajinasi di antara fantasi dan rasio. Jadi dalam benak si sableng itu, imajinasasi adalah perpaduan antara fantasi dan rasionalitas. Tentu tidak ada yang mesti setuju dengan Paijo. Toh Paijo tidak mengantongi sertifikasi apapun yang memungkinkannya cukup legitimat melontarkan satu teori atau pendapat.

Begitulah, yang di-imajinasi-kan Paijo ternyata soal imajinasi itu sendiri. Apalagi anak itu punya "dendam" tersendiri terhadap sistem yang tidak ramah terhadap imajinasi. Ketidak ramahan sistem itu begitu kuat menghajar pembentukan imajinasi yang sehat, karena ia merasuk ke mana-mana termasuk pula ke bidang pendidikan. Sistem itu telah begitu "kejam" mengintervensi benak setiap orang mulai dari masa kanak-kanak dengan cara men-strukturisasi benak anak-anak yang mestinya merupakan lahan subur untuk menyemaikan benih-benih imajinasi.

Diam-diam Paijo meneteskan airmata, saat ingat bahwa proses penghambatan imajinasi yang bebas dan sehat itu masih ditemuinya sampai saat ini. Masih sering Paijo temui larangan dari bentuknya yang halus sampai terang-terangan, yang langsung ke anak-anak maupun melalui orangtua. Teletubbies, Sin Chan, Doraemon, Digimon, Batman, Superman, Power Rangers, Ultra Man dan yang sejenisnya, yang notabene merupakan tontonan yang kaya fantasi dan sangat sehat membantu proses pembentukan imajinasi anak termasuk dalam daftar utama yang dilarang. Paijo hanya bisa mengelus dada ketika apa yang dialaminya selama kanak-kanak masih terjadi saat ini dalam bentuknya yang berbeda. Perampasan hak anak-anak masih berlangsung, dan yang paling menyedihkan itu dilakukan dengan berlindung di balik nama Tuhan.

"Ada apa mas, kok geleng-geleng kepala sendirian ?" tanya seseorang yang tiba-tiba sudah ada di belakang Paijo.

"Nggak apa-apa Pak. Cuman baru mikir, apa iya sih kita harus menyembah Tuhan yang tidak PeDe ?" jawab Paijo sambil tersenyum.

"Maksudnya apa tho mas ?" tanya si orang itu sambil mengerutkan dahi.

"Sudahlah Pak. Seperempat jam lagi maghrib. Maaf, saya mau pulang sekarang," kata Paijo masih sambil tersenyum.

"Tapi kan masih hujan mas ?" tanya orang itu lagi dengan sedikit heran.

"Hujan toh tidak akan membunuh kita kan Pak ? Saya tidak ingin ketinggalan buka puasa bareng teman-teman di rumah," jawab Paijo sambil men-starter si butut.

"Betul juga ya. Mas mau ke arah Barat kan ? Kalau begitu saya numpang sampai simpang masjid Raya," kata orang itu sambil langsung nangkring di boncengan tanpa menunggu persetujuan Paijo.

20 November 2002

No comments: