"Seandainya seluruh lautan dijadikan tinta, tidak akan cukup untuk menuliskan kalimat Allah, meskipun ditambah sebanyak itu lagi tetap tidak akan cukup," kata-kata itu diucapkan dalam bahasa Jawa oleh Kyai Abdullah lima tahun lalu, menjelang beliau memilih pulang ke kampung halaman di hari tuanya. Beliau mengutip sari dari salah satu ayat surat Al-Kahfi yang sampai kini masih terngiang di telinga Paijo.
Kyai Abdullah adalah guru ngaji Paijo semasa masih remaja. Sepintas tidak ada yang istimewa dari Kyai itu. Penampilannya sederhana seperti kebanyakan kyai kampung. Orang bisa langsung menyangka Kyai Abdullah itu orang bodoh, karena beliau hanya lancar ngomong bahasa Jawa, sedang bahasa Indonesianya belepotan, apalagi bahasa Inggris, babar blas. Kalau dipaksa ngomong dalam bahasa Indonesia bisa membuat para 'polisi' EYD tidak henti-henti main semprit.
Berbeda dengan kebanyakan orang, bagi Paijo Kyai Abdullah adalah seorang yang istimewa. Paijo memang hanya beberapa bulan sempat ngaji dengan beliau, namun itu sudah lebih dari cukup untuk meninggalkan kesan yang begitu mendalam serta berpengaruh besar pada diri Paijo. Di balik kekurang mampuannya berretorika, di mata Paijo Kyai Abdullah memiliki kadar intelektual yang luar biasa. Alur logikanya dalam menguraikan Quran maupun hadis begitu tertata rapi dan sulit terbantahkan, apalagi oleh anak-anak muda yang merasa sok pintar dan sok paling Islam. Kalimat yang jadi kenangan abadi Paijo itupun beliau ucapkan dalam menjawab cecaran seorang teman Paijo tentang Islam yang sudah sempurna.
"Sempurna sebagai apa ? sempurna sebagai wahyu, ajaran atau apa ?" begitu pertanyaan yang beliau lontarkan mendahului kutipan ayat surah Al-Kahfi itu.
Pertanyaan, itulah yang selalu disisakan oleh Kyai Abdullah. Setelah mengutip surat Al-Kahfi itupun, beliau tidak meneruskan lagi dengan kalimat apapun. Itu memang ciri khas Kyai Abdullah. Beliau sangat jarang mau menjawab pertanyaan atau menguraikan segala permasalahan secara gamblang dan tuntas. Nampak sekali beliau tidak ingin meng-intervensi benak muridnya atau siapapun saja yang mendengar omongannya. Selalu ada sisa ruang untuk berdialektika antara tiap diri dengan uraian beliau, dengan Quran, dengan sunnah, dengan alam, dengan Allah.
"Ungaran .. Ungaran .. ada Ungaran ???" teriak konek bis di dekat telinga Paijo yang membuyarkan lamunannya.
17 Mei 2002
Selamat datang, sugeng rawuh ..
Apapun tujuan Anda membuka Blog ini, saya tetap selalu mendoakan semoga hari-hari Anda selalu indah, semoga bahagia selalu menyertai, dan yang penting semoga mbesuk-nya husnul khatimah dan masuk surga, terserah mau surga versi yang mana :-) ..
Catatan: Tidak terima kritik, karena kritik itu artinya "keri tur setitik" 
Custom Search
Monday, September 1, 2008
Paijo : Pertanyaan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment