Wanita-Muslimah Yahoogroups.com

RSS to JavaScript

Mbak Rita

Ardi Cahyono

Idiosyncracy

Mas Arcon

Opotumon

Map IP Address
Powered by

Selamat datang, sugeng rawuh ..

Apapun tujuan Anda membuka Blog ini, saya tetap selalu mendoakan semoga hari-hari Anda selalu indah, semoga bahagia selalu menyertai, dan yang penting semoga mbesuk-nya husnul khatimah dan masuk surga, terserah mau surga versi yang mana :-) ..

Catatan: Tidak terima kritik, karena kritik itu artinya "keri tur setitik"

 

Custom Search

Monday, September 1, 2008

Paijo : Qurban

Setiap menjelang Hari Raya Idul Adha, selalu saja ada yang mengganggu benak Paijo. Qurban dan Haji adalah ibadah yang belum pernah dipenuhi oleh Paijo. Prestasi tertinggi Paijo yang berkaitan dengan hari raya itu hanyalah menjadi panitia qurban, tidak lebih. Sebenarnya Paijo pernah mencoba menabung, menyisihkan sedikit uangnya untuk dipakai berkorban tahun berikutnya, namun ketika ada kebutuhan lain yang mendesak, Paijo terpaksa menarik kembali
tabungannya.

Tengah malam usai takbiran malam itu, Paijo termenung sendirian di kamar kos-nya. Teman-temannya sebagian sudah tidur, sebagian yang lain masih sibuk di lapangan mempersiapkan sarana shalat 'Ied esok harinya. Paijo bertanya-tanya dalam hati, lebih mulia mana mengeluarkan uang sekian ratus ribu rupiah untuk qurban, dibanding menyalurkan jumlah rupiah yang sama untuk membantu korban banjir. Atau membantu anak-anak yang orangtuanya tidak mampu membiayainya sekolah. Atau juga untuk membantu orang-orang yang sekedar memenuhi kebutuhan sehari-harinya saja masih harus selalu ngutang.

Pertanyaan itu makin menghebat, ketika mulai menyentuh ibadah haji. Paijo teringat kata-kata seorang kyai : "Melaksanakan ibadah haji dalam situasi Indonesia seperti sekarang ini sah secara fiqh, tapi tidak sah dilihat dari sisi akhlaq atau moral."

Kata-kata kyai itu, selalu terngiang di telinga Paijo. Namun Paijo tidak berani mengambil sikap yang sama persis dengan sang kyai. Paijo khawatir kalau mengambil sikap yang sama, nanti sikap itu hanya didorong oleh rasa cemburunya, yang belum bisa melaksanakan ibadah qurban apalagi haji. Paijo memilih berprasangka baik, orang-orang yang melaksanakan ibadah haji sekarang ini tentunya orang-orang yang amal sosialnya sudah luar biasa banyaknya, sehingga
uang yang dipakai untuk haji hanyalah sisa-sisa saja. Orang-orang yang berangkat haji, tentu di sekelilingnya sudah tidak ada orang yang susah hidupnya, yang kesulitan untuk makan, kesulitan menyekolahkan anak. Paijo percaya, orang-orang yang berhaji pasti sudah mengerti sabda Nabi :"Orang yang terbaik adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain." Paijo percaya, orang-orang yang berhaji adalah orang-orang yang memiliki kesalehan sosial luar biasa sehingga sudah waktunya menyempurnakan kesalehan ritualnya, karena di kalangan kaum muslimin
sudah lama beredar statemen : "Kesalehan ritual tanpa kesalehan sosial adalah omong kosong !". Paijo percaya, para haji itu tahu betul maknanya, kecuali yang tidak.

Paijo teringat obrolannya dengan Rakhmat siang harinya. Rakhmat yang santri itu mengeluhkan orang-orang yang membaca wirid dan doa lama-lama di musholla tempat kerjanya, padahal di belakangnya banyak orang yang masih ngantri mau sholat. Orang-orang yang ngantri ini tentunya pada gelisah karena kapasitas musholla dan waktu istirahat yang sangat terbatas.

"Kenapa kok kita terlalu egois dalam keberagamaan kita ? Kita memburu kepuasan ritual terkadang dengan mengabaikan hak-hak orang lain. Kita lebih sibuk ngurus Tuhan ketimbang ngurus sesama manusia," kata Rakhmat di akhir keluhannya.


23 Februari 2003

No comments: