Wanita-Muslimah Yahoogroups.com

RSS to JavaScript

Mbak Rita

Ardi Cahyono

Idiosyncracy

Mas Arcon

Opotumon

Map IP Address
Powered by

Selamat datang, sugeng rawuh ..

Apapun tujuan Anda membuka Blog ini, saya tetap selalu mendoakan semoga hari-hari Anda selalu indah, semoga bahagia selalu menyertai, dan yang penting semoga mbesuk-nya husnul khatimah dan masuk surga, terserah mau surga versi yang mana :-) ..

Catatan: Tidak terima kritik, karena kritik itu artinya "keri tur setitik"

 

Custom Search

Monday, September 1, 2008

Paijo : Sunnatullah (2)

Blothonk diam-diam ternyata masih menyimpan rasa kesal pada Paijo. Meski tidak ditampakkan dengan mengajak Paijo berantem, tapi itu terlihat dari wajahnya yang masih saja cemberut. Saat Rakhmat sudah di rumah, ditanyakannya lagi soal sunnatullah itu.

"Lho, kan tadi udah dijelasin sama Paijo Thonk. Apa masih kurang ?" Budi langsung menyambar.

"Walah, nanya sama orang sableng. Bukannya jelas, tapi malah kesel dikata-katain. Yang maunya disuapin lah, yang nggak mau mikir lah ! Emangnya cuman dia sendiri yang pinter ?" mulut Blothong plethat-plethot sambil melirik Paijo yang asyik main game.

"Ee.. masih dendam tho ?" kata Budi. "Yah, kamu 'kali baru beberapa bulan kenal Paijo. Lha, aku ini yang udah dua tahun lebih ngumpul sama anak itu, tahu betul tabiatnya."

"Tabiat apa ? ngata-ngatain orang ?" Blothonk masih cemberut.

"Dulupun waktu awal kenal sama si sableng itu, sebelnya bukan main. Tapi lama-lama aku paham juga apa maunya anak itu," jawab Budi.

"Maunya apaan ? dia ngerasa puas kalau udah ngata-ngatain orang ?"

"Thonk .. memotivasi orang itu ada dua cara. Yang satu didorong-dorong, dipuji, disanjung-sanjung."

"Lha, satunya lagi ?" Blothonk langsung memotong sebelum Budi selesai.

"Di Enyek !" Rakhmat yang nyahut.

"Kok bisa ?" Blothonk masih penasaran.

"Lha itukan bisa dicari pake sunnatullah lagi. Orang dienyek itu akibatnya apa ?" kali ini Budi yang gantian tanya.

"Ya tersinggung, marah, ngamuk .. " jawab Blothonk.

"Kenapa tersinggung, kenapa ngamuk ?" lanjut Budi.

"Ya jelas tersinggung dong .. lha wong harga dirinya direndahkan .. "

"Nah itu .. kamu sudah ketemu jawaban awalnya," kata Budi sambil tersenyum. "Apa kalau sudah begitu kamu cuman mau berhenti di tersinggung dan ngamuk doang, atau mau nglanjutin ke yang lain ? Di situlah kualitas mental kamu bisa kelihatan."

"Nglanjutin kayak gimana ?"

"Ya .. nglanjutin dengan mbuktiin apa yang dibilang Paijo bahwa kamu maunya disuapin, nggak mau mikir, itu nggak bener. Itulah sebabnya kalau di-enyek orangpun bisa dijadiin motivasi."

"Jadi ?"

"Jadi, Paijo itu sedang njadiin dirinya sparring partner buat kamu. Kalo seringnya kamu di-enyek itu maunya biar kamu bisa mengubah kebiasaan kamu, biar kamu juga bisa maju !" papar Budi.

"Tapi kan, salah-salah ngenyek orang malah cuman bikin ribut ?" Blothonk coba membantah.

"Itu sih cuman soal kebiasaan aja. Orang yang biasanya disanjung-sanjung dan nggak pernah di-enyek, kalau di-enyek ya .. malah jadi ribut," jawab Budi. "Tapi kalau tahu manfaatnya di-enyek, bisa jadi nanti malah marak berdiri klinik khusus therapy perngenyekan .. ha..ha..."

"Dan yang jadi dokternya si sableng. Nanti nulis namanya jadi dr. Paijo SPNG," Blothonk menimpali.

"SPNG apaan ?" tanya Rakhmat.

"Spesialis Ngenyek ha..ha.."

"Tapi kayaknya Paijo juga nggak sembarang ngenyek kok. Aku belum pernah dia ngenyek orang yang belum dia kenal betul, kecuali sekedar ngetes saja," kata Budi. "Lha kalau aku sama Rakhmat ini dari dulu udah kenyang dienyek terus. Cuman sekarang udah jarang. Tinggal ngenyek kamu yang masih sering."

"Nah, berarti itu sentimen sama aku .. "

"Bukan. Yang betul, dia peduli sama kamu," kata Budi.

"Betul gitu Jo ?" Paijo tidak menyahut. "Betul kayak gitu Jo ?" tanya Blothonk lagi lebih keras.

"Embuh ! opone sing betul ? wong aku ora ngerti opo-opo .. " kata Paijo.

"Raimu ! pura-pura nggak denger .. " semprot Blothonk.

"Lha wong lagi enak main game. Emangnya ndengerin omongan kalian hukumnya wajib apa ?" kata Paijo dengan gaya seenaknya.

"Woo .. dasar cah sableng !" Blothonk mulai sengit. "Soal mikir itu ?"

"Mikir opo-an ? Mikir utang ? mikir bojo ? mikir gawean ? mikir negara ? Atau mikir yang buat najemin gergaji itu ?"

"Lhaa .. itu mah kikir !" meski masih nampak kesal, tak urung Blothonk tersenyum juga.

"Yang jelas donk mikir apaan ? Lha wong kalau mikir utang .. utang itu nggak usah dipikir, tinggal dilunasi aja. Mikir bojo, wong belum punya bojo. Mikir negara .. lha wong udah ada yang mikir .."

"Itu lho soal mikir sama sunnatullah .. " kata Blothonk gemes.

"Oooo itu .. ," Paijo tersenyum. "Yang aku tahu soal mikir sama sunnatullah sih .. kayak gini .. misalnya kalau kamu nggak pernah olahraga dari kecil, terus tiba-tiba harus lari ngelilingi lapangan bola 50 kali, kamu bisa langsung opname. Lain halnya kalau rutin latihan terus sedikit-sedikit secara bertahap. Mikir pun juga kayak gitu .."

"Tapi .. " Blothonk coba menyela.

"Otak kalau nggak terbiasa dilatih mikir akibatnya jadi telmi. Makanya biar nggak telmi, rajin-rajinlah latihan olah pikir. Kalo pengin jelas syaraf-syaraf atau zat-zat apa di dalam otak yang nggak bisa fungsi optimal kalo jarang dipake, cari aja bukunya. Banyak kok."

"Tapi Jo .."

"Tapi apa ?"

"Tapi .. nggak nyambung Jo ! bukan itu yang kumaksud," kata Blothonk.

"Salah sendiri ! Dibilang nggak denger dari tadi .. maksa aja," Paijo menggerutu. "Giliran nggak nyambung, diprotes. Piye tho ?"

"Kirain tadi pura-pura nggak denger .. " kata Blothonk. "Udahlah .. sekarang udah ada Rakhmat, 'kali kita bisa omongin lagi lebih serius."

"Ntar aja deh .. " Rakhmat mengelak. "Aku mau makan dulu. Laper !"

9 Januari 2003

No comments: