"Contohnya, kalau kutonjok hidungmu, terus syaraf di hidungmu ngirim pesan ke otak. Terus otak kamu merespon rasa sakit. Terus otak ngirim pesan lagi ke sekitar mulut, menggerakkan syaraf-syaraf di sana, termasuk mengaktifkan pita suara. Terus dari mulut kamu terdengar teriakan : WADUUUUHHH ! Nah, itulah sunnatullah .. " jelas Paijo sambil cengar-cengir waktu ditanya Blothonk tentang sunnatullah. "Mau dicoba ? he..he.. ?"
"Raimu. Nyari contoh nyengsarain temen. Dasar !" jawab Blothonk sengit.
"Lho .. katanya pengin jawaban yang jelas. Nah itu tak kasih contoh, sekalian prakteknya kalau mau ha..ha..ha.. " Paijo cekakakan.
"Contoh ya contoh. Emangnya nggak ada yang lain ? .. " kata Blothonk sambil mulutnya plethat-plethot.
"Oh, mau yang lain ? Ada kok. Kalau nggak mau hidung, ya jidatmu saja yang kutonjok. Gimana ? ha..ha..ha.."
"Dasar wong edan !" Wusss .. bantal pun melayang ke arah Paijo yang agak gelagapan menangkis sambil tidak berhenti terkekeh-kekeh.
"Heh, anak dua ini .. bikin ribut aja !" gerutu Budi yang sedang asyik dengan diktat kuliahnya.
"Tuh .. si Paijo yang mulai .. " Blothonk coba membela diri.
"Lagi ngributin apa sih ?" tanya Budi.
"Itu .. si Blothong nggak mau ditonjok hidungnya. Penginnya jidatnya aja yang ditonjok he..he.. " Paijo masih cengengesan.
"Gundulmu ! lha wong ditanya soal sunnatullah, kok malah nyebut-nyebut nonjok hidung .. "
"Lho .. kan contohnya pas .. " Paijo membela diri.
"Wis .. wis .. kok malah berantem lagi," Budi coba menengahi saat melihat Blothonk hampir melontarkan balasannya. "Ngomong soal sunnatullah aja dibikin ribut."
"Bukan soal sunnatullah-nya .. tapi contohnya itu yang bikin sesek," Blothong masih manyun.
"Lha salah sendiri nanya ke aku. Ya suka-sukaku dong milih contohnya," Paijo tidak mau kalah sambil terus cengar-cengir. "Apa mesti muter-muter dulu, ngomong ngalor-ngidul, tapi giliran masuk ke isi malah kosong melompong ?"
"Thonk .. sunnatullah itu sering diterjemahkan jadi hukum alam. Ada sebab ada akibat, ada stimulus ada respon, ada aksi ada reaksi. Begitu kurang lebihnya," Budi mengambil alih agar dua temannya itu tidak ribut lagi.
"Sunnatullah itu pangkal dari segala pangkal ilmu. Kalau paham sunnatullah, maka itu bisa dipake di ilmu apa saja, meskipun tentu beda-beda tingkat kesulitannya. Ada yang simple, ada yang rumit. Ada yang bahasannya melebar, ada yang menyempit. Tergantung objeknya apa dan perangkat apa yang dipake," Paijo menambahi. Kali ini dengan mimik serius.
"Bisa dipake di mana-mana ?" Blothonk bertanya dengan nada heran.
"Ya. Kalau pengin tahu kenapa air sekian, dicampur teh segini, dicampur lagi gula segitu rasanya jadi manis, itu bisa dicari dengan sunnatullah. Kalau kamu sering nggumun kenapa Ronaldo yang kerjanya cuman main bola, kok gajinya lebih dari cukup buat ngidupi orang satu RT kita, itu juga bisa ditelusuri melalui sunnatullah tadi," Paijo menjelaskan. "Juga kalau pengin tahu kenapa Britney Spears, yang suka bikin jakunmu naik turun itu, penghasilannya puluhan bahkan ratusan kali lipat orang yang kerjanya banting tulang tiap hari, itupun bisa diurai satu persatu dengan sunnatullah tadi."
"Jo .. kamu nggak lagi mabuk kan ?" Blothonk masih diliputi rasa heran.
"Paijo itu ngomong serius Thonk .. " sela Budi.
"Eeee .. Budi ternyata ikut ndengerin tho ? kirain serius bacanya," kata Blothonk.
"Bacanya ya serius. Tapi karena denger omongan si sableng itu, mau nggak mau agak terusik juga," jawab Budi. "Jo, tadi sempet nyinggung gajinya Ronaldo sama Britney Spears. Itu hukum supply-demand kan ?"
"Betul. Nah, kalau mau dilanjutin lagi kenapa demand terhadap Ronaldo atau Britney Spears begitu tinggi, itu bisa ditelusuri lebih jauh lagi masih dengan sunnatullah. Mencari mata rantai sebab-akibatnya."
"Maksud-e piye Jo ?" giliran Blothonk tanya.
"Maksudnya .. bahwa demand yang nempatin orang kayak Ronaldo atau Britney Spears pada posisi begitu tinggi itu, bukan sesuatu yang terjadi tiba-tiba. Kayak model sim-salabim. Tapi ada proses di sana, yang bisa sangat panjang, yang punya sebab-akibat tersendiri," jawab Paijo. "Dan sangat mungkin mata rantai sebab-akibat itu bukan lempeng satu jalur saja, tapi bercabang-cabang dan beranting-ranting."
"Jelasnya gimana Jo ?" tanya Blothonk lagi.
"Minta disuapin mlulu ! Sesekali mikir sendiri napa sih ?"
"Sombong amat !"
"Bukan sombong. Kan udah dikasih modalnya, tinggal nglanjutin sendiri," jawab Paijo. "Kalau anak muda semua kayak kamu yang maunya disuapin terus, kayak apa masa depan Indonesia dan Islam nanti."
"Yang jelas, nggak ada yang gondrong kayak kamu he..he.. !" balas Blothonk sambil nyengenges.
"Hubungannya dengan sosiologi .. atau antropologi ?" tanya Budi.
"Nggak tahu pasti. Lha wong aku nggak pernah secara formal belajar sosiologi, antropologi maupun logi-logi yang lain," jawab Paijo. "Aku hanya tertarik nekunin apa itu sunnatullah. Jika dari situ kemudian aku masuk ke wilayah satu disiplin ilmu, jujur saja, aku nggak sengaja. Yang aku tahu, sunnatullah itu bisa merekatkan berbagai disiplin ilmu yang mestinya nggak terpisah, tapi sambung menyambung. Belajar satu disiplin ilmu, sangat membuka peluang menyeret
kita pada disiplin ilmu yang lain."
"Itukah maksudmu bahwa sunnatullah itu bisa dipake di mana-mana ?" tanya Budi lagi.
"Ya. Sunnatulah kayak pisau analisis yang bisa dipake mbahas soal apapun. Kalau pengin ngerti kenapa orang minang suka makanan pedas. Atau kenapa orang Jawa paling terkenal santai dan seolah sangat menikmati hidup. Kenapa juga orang Jepang, yang jalannya kayak dikejar setan dan makannya main jejel ke mulut itu, terkenal sebagai bangsa pekerja keras ? Apa itu sesuatu yang tiba-tiba, atau sangat dipengaruhi kondisi alam, misalnya."
"Manusia diciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar saling mengenal. Hmmm .. apa sunnatullah juga mesti dipake buat memahami ayat itu ?" gumam Budi.
"Ya. Sunnatullah itu wahyu non verbal. Kata kyai, ayat kauniyah. Sunnatullah itu bukan hanya di fenomena alam, tapi juga fenomena sosial dan di mana-mana. Kalau dikaitkan dengan konsep 'mizan', maka akan ditemukan di mana posisi satu bangsa, lengkap dengan budayanya, di tengah percaturan berbagai bangsa. Di mana posisi satu makhluk dalam satu ekosistem. Apa akibatnya terhadap 'mizan', jika ada yang dihapuskan, baik akibat langsung maupun rentetan-rentetannya?"
8 Januari 2003
Selamat datang, sugeng rawuh ..
Apapun tujuan Anda membuka Blog ini, saya tetap selalu mendoakan semoga hari-hari Anda selalu indah, semoga bahagia selalu menyertai, dan yang penting semoga mbesuk-nya husnul khatimah dan masuk surga, terserah mau surga versi yang mana :-) ..
Catatan: Tidak terima kritik, karena kritik itu artinya "keri tur setitik" 
Custom Search
Monday, September 1, 2008
Paijo : Sunnatullah (1)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment