Wanita-Muslimah Yahoogroups.com

RSS to JavaScript

Mbak Rita

Ardi Cahyono

Idiosyncracy

Mas Arcon

Opotumon

Map IP Address
Powered by

Selamat datang, sugeng rawuh ..

Apapun tujuan Anda membuka Blog ini, saya tetap selalu mendoakan semoga hari-hari Anda selalu indah, semoga bahagia selalu menyertai, dan yang penting semoga mbesuk-nya husnul khatimah dan masuk surga, terserah mau surga versi yang mana :-) ..

Catatan: Tidak terima kritik, karena kritik itu artinya "keri tur setitik"

 

Custom Search

Monday, September 1, 2008

Paijo : Israel - Palestina .. hmmm

Seisi rumah kos Paijo heboh. Sebabnya Paijo menarik diri dari partisipasi dalam aksi solidaritas untuk Palestina yang akan digelar remaja masjid setempat. Padahal acara itu sudah dipersiapkan sedemikian rupa. Di samping pengajian, juga akan digelar parade puisi dan teater yang tanggung jawabnya diberikan pada Paijo.

"Nggak bertanggung jawab !" semprot Blothong. "Acara udah makin dekat, tapi tiba-tiba kamu mundur. Apa itu nggak mencelakakan orang-orang ?!"

"Terserah kamu mau ngomong apa. Yang jelas aku punya alasan tersendiri kenapa mundur."

"Alasan apa ?!" tanya Blothong dengan nada tinggi.

"Aku nggak mau naskah puisi dan teater yang udah susah payah aku susun bersama temen-temen disensor dan dipotong seenak udel ketua panitia !"

"Lho, bukankah ketua panitia yang bertanggung jawab kalau ada apa-apa. Wajar dong kalau dia main sensor ?" kata Blothong.

"Sejak awal menerima tugas itu, aku udah ada komitmen dengan ketua panitia, bahwa aku sanggup melakukan tugas itu dengan syarat aku diberi ruang yang sebebas-bebasnya buat berekspresi dan menuangkan ide-ide. Komitmen itu yang dia langgar sekarang," Paijo menjelaskan. "Emang aku tahu, sensor yang dia lakukan itu bukan murni kemauannya sendiri, tapi ada pihak-pihak lain yang menekannya."

"Kamu ya nggak usah kaku gitu tho Jo. Toh, naskahmu bisa kamu susun lagi agar bisa diterima sama panitia, dan acaranya tetep bisa jalan dengan lancar," Rakhmat mulai nimbrung.

"Ini soal prinsip Mat ! Aku nggak mau ide-ide ku dipotong."

"Toh kamu bisa tetep menyampaikan ide-idemu itu, dengan mengubah susunan redaksinya. Mungkin mereka hanya keberatan sama bungkus yang kamu pakai," kata Rakhmat lagi.

"Nggak. Bukan begitu. Panitia jelas-jelas minta ada bagian-bagian yang harus dipotong. Bukan karena bungkusnya, tapi memang ide itu yang dipotong."

"Ngomong-ngomong bagian apa sih yang dipotong ?" sekarang Budi yang tanya.

"Ada beberapa, tapi ada dua hal yang bagiku merupakan bagian penting dari naskah secara keseluruhan."

"Apa itu ?"

"Satu, soal sindiran bahwa ternyata kita sangat peduli dan gegap gempita terhadap Palestina yang jauh di sana, tapi melempem menghadapi soal-soal yang ada di depan mata. Wajah kita begitu garang dan gagah berani mengungkap penindasan dan ketidak adilan jauh di seberang sana, tapi begitu pengecut mengungkap hal yang sama di dekat-dekat kita."

"Yang kedua ?"

"Yang kedua, selain mengecam kebiadaban Israel, naskah itu juga berisi kecaman terhadap aksi bom bunuh diri maupun teror lainnya yang menimbulkan korban kaum sipil."

"Waa.. ya jelas disensor. Lha wong udah nggak sesuai dengan misi dan tema utamanya."

"Nggak sesuai gimana ? kalau memang kita mengutuk Israel karena melakukan kejahatan kemanusiaan, kita mesti konsisten juga menyatakan aksi teror dengan korban sipil itu juga kejahatan."

"Sebab dan latar belakangnya kan beda Jo !" kata Rakhmat.

"Aku tahu. Teror itu kepanjangan dari perang gerilya. Tapi mbok ya ke sasaran militer, bukan ke sasaran sipil. Apa mentang-mentang yang jadi korban orang-orang Yahudi, lantas kita membenarkannya. Apa karena Yahudi maka orang-orang sipil itu pantas mati secara sia-sia dan kita nggak perlu bersedih atau apalagi menghormatinya ? Wealah, lha wong Nabi saja berdiri menghormat saat mayat orang Yahudi diangkut lewat deket beliau .."

"Iya .. iya .. tapi kan keputusan mundurmu ini kan bikin kacau acara. Apalagi ada beberapa orang yang ikut mundur seperti kamu !" kata Blothong.

"Bukan urusanku ! Aku mundur sendirian dan nggak pernah konsultasi atau apalagi ngajak-ngajak orang."

"Tapi kamu bisa dianggap biang keladinya Jo !"

"Nggak peduli ! Mereka yang mundur itu semuanya udah dewasa dan pasti udah dipikir masak-masak. Mereka bukan anak kecil yang gampang ngikut sama orang. Kalau sejak awal emang acaranya udah disetel sedemikian rupa, kenapa nggak nyari aja orang yang gampang dicocok hidungnya .."

14 April 2002

No comments: