Wanita-Muslimah Yahoogroups.com

RSS to JavaScript

Mbak Rita

Ardi Cahyono

Idiosyncracy

Mas Arcon

Opotumon

Map IP Address
Powered by

Selamat datang, sugeng rawuh ..

Apapun tujuan Anda membuka Blog ini, saya tetap selalu mendoakan semoga hari-hari Anda selalu indah, semoga bahagia selalu menyertai, dan yang penting semoga mbesuk-nya husnul khatimah dan masuk surga, terserah mau surga versi yang mana :-) ..

Catatan: Tidak terima kritik, karena kritik itu artinya "keri tur setitik"

 

Custom Search

Monday, September 1, 2008

Paijo : Senandung Cinta (3)

dengar angin mengusik batang-batang padi
sebelum matahari meninggalkan senja
dengar juga senandung di balik jendela
sebelum memasuki sunyi ...

"Duh puitisnya. Ada apa ya dibalik lagu yang puitis dan romantis ?" goda Dini dengan gaya sablengnya.

Seolah tidak peduli dengan godaan adiknya Paijo terus saja nyanyi sambil memainkan gitarnya.

"Emang enak dicuekin !" Dini memukul bahu Paijo dengan gulungan kertas.

Paijo menoleh sebentar. Nyengir, terus nyanyi lagi. Tidak tahan dengan perlakuan kakaknya, Dini memegang senar gitar Paijo sehingga gitar itu tidak bisa menghasilkan bunyi yang wajar.

"Apa nggak ada yang lain, selain ngrecokin keasyikan orang ?!" ujar Paijo dengan mimik dibuat-buat seolah marah.

"Ada. Nonjok jidatmu !" Dini melotot.

"Mbok yao, aku ini sekali-kali diberi kesempatan menikmati hidup. Jangan terus-terusan direcokin," kata Paijo setengah memelas.

"Salah sendiri. Siapa nyuruh nyanyi di depan orang ?! Itu kan resiko !" jawab Dini dengan galak. "Kalau nggak mau direcokin, sono nyanyi di tengah hutan, aman !"

"He..he.. anak satu ini udah nyebelin, galak lagi. Untung aku udah telanjur sayang. Kalau nggak ... kalau nggak ... " Paijo tidak meneruskan kalimatnya.

"Kalau nggak .. apa ?! Kalau nggak, apa hayo ?!" Dini berkacak pinggang.

"Kalau nggak .. kalau nggak .. nyanyi lagi ahh .." Paijo cengar-cengir, lantas memainkan gitarnya lagi.

"Wek takut .. wek !" ledek Dini dengan senyum kemenangan. Setelah itu diteruskan dengan nyanyi sendiri tumpang tindih dengan nyanyian Paijo.

"Heh centil ! Suka amat nggangguin orang sih ?!"

"Siapa yang ngganggu ?! Kamu nyanyi, aku juga nyanyi. Sama-sama punya hak buat nyanyi."

"Maunya apa sih ?!" tanya Paijo sambil memandang wajah adiknya.

Dini tidak menjawab pertanyaan Paijo, malah balik bertanya, "Tumben nyanyi lagu romantis, ada apa sih ?"

"Ya nggak ada apa-apa. Lha wong orang nyanyi kan bebas mau nyanyi lagu apa," jawab Paijo.

"Iya, tahu. Tapi kayaknya kali ini nyanyinya dihayati betul. Wajar kan kalau ngirain ada apa-apa."

"Nggak ada apa-apa, cuman sedang bermesraan aja," ujar Paijo.

"Wuih ! Bermesraan dengan siapa, dengan bayang-bayang ya ?"

"Bermesraan dengan hidup," jawab Paijo datar.

"Gayanya. Bermesraan dengan hidup kok pake lagu romantis. Bohong nih, pasti sedang ada bayangan seseorang," Dini kambuh nakalnya.

"Sok tahu !" wajah Paijo sedikit memerah. "Orang memesrai hidup kan macem-macem caranya," Paijo meneruskan setelah bisa menguasi dirinya.

"Tapi kok pake lagu romantis ?" kejar Dini.

"Lagu kan cuman sarana. Mau lagu romantis, lagu kehidupan, lagu tentang alam, sholawatan atau puji-pujian, itu cuman sarana."

"Lha, lagu romantis, lagu cerita tentang cinta itu apa hubungannya dengan memesrai hidup ?" Dini tidak mau berhenti.

"Din, bahasa yang paling awal dikenal manusia itu bahasa cinta. Sebelum kenal dengan segala macem tetek-bengek, manusia itu sudah terlebih dulu kenal cinta."

"Wah .. wah .. macem filsuf aja ngomongnya. Terus apa hubungannya dengan memesrai hidup ?"

"Cinta itu udah built-in dalam diri manusia. Cuman karena perkembangan hidup dan pengalaman yang makin kompleks, cinta bisa pudar dari diri manusia. Makanya cinta perlu diasah terus."

"Tapi kan nggak mesti pake lagu romantis ?" Dini masih belum puas.

"Siapa bilang mesti. Kan udah kubilang tadi, lagu romantis itu cuman sarana, dan itupun juga sekedar salah satu dari berbagai macem sarana. Lagu romantis juga perlu untuk menjaga kelembutan hati."

"Tapi biasanya kamu nggak suka dengan lagu-lagu cinta ?" kejar Dini.

"Ya, dulunya sih begitu. Terkadang aku suka mencibir sama lagu-lagu cinta, apalagi yang cengeng."

"Terus sekarang berubah ceritanya ?" tanya Dini lagi.

"Berubah total sih nggak. Cuman menggeser sudut pandang. Aku mencoba berempati pada orang yang suka dengan lagu cinta, termasuk yang cengeng sekalipun. Barangkali itu cara orang mengekspresikan perasaan menghadapi tekanan hidup yang sedemikian nggak ramah."

"Weleh, ternyata seorang Paijo bisa ngomong soal empati juga ya. Inikah hasil nyanyi lagu romantis ?"

"Cinta sekarang jadi barang mahal. Cinta sudah sebegitu tertutup dengan segala macem hal yang nggak ramah dengan cinta."

"Termasuk cinta sama seorang kekasih ?" tanya Dini dengan mimik menggoda.

Paijo tersenyum kecut. Tidak ditanggapinya godaan adiknya, tapi diteruskannya main gitar nyanyi lagu yang terputus tadi. Kali ini Dini tidak mengganggu lagi, malah ikut nyanyi dengan sang kakak, bak Franky dan Jane.

malam oh malam, jangan turun di sini
jangan turun gadisku dengan sayapmu
biarkan dia bersama cahaya
yang memancar dari cintaku ..

2 Oktober 2002

No comments: